Thursday 3 July 2008

Pentingnya Berasuransi

Indonesia merupakan salah satu negara dimana kebanyakan penduduknya masih kurang sadar akan perlunya asuransi, terutama asuransi jiwa. Istilahnya, belum asuransi minded. Kebanyakan malahan lebih ingin mengasuransikan barang-barangnya seperti mobil rumah dll daripada jiwanya. Membicarakan asuransi jiwa memang sepertinya masih agak tabu di Indonesia, karena membicarakan mengenai hal yang sangat tidak diinginkan, yaitu kematian.

Padahal, seperti yang biasa saya katakan, resiko itu bukannya untuk dihindari, tetapi untuk di-manage. Kematian tidak dapat dihindari. Setiap orang pasti meninggal dunia. Nah, dengan asuransi jiwa, kita dapat memanage resiko kematian kita dengan meninggalkan hal-hal yang berharga dan bermanfaat bagi keluarga yang kita tinggalkan ketika meninggal. Jadi, kalau berbicara asuransi jiwa, mohon buka pikiran Anda untuk dapat membicarakan mengenai kematian.

Kalau di negara-negara maju seperti Amerika, kebanyakan penduduknya sudah sadar akan pentingnya asuransi sehingga seringkali mereka mencari sendiri asuransi, bahkan tanpa ditawari oleh agen asuransi.


Nah, perlukah asuransi jiwa? Menurut saya, asuransi jiwa itu penting sekali. Kenapa? Berikut ini beberapa contoh kasus:

Dengan memiliki asuransi jiwa, saya sudah memberikan bekal untuk keluarga saya apabila saya meninggal dunia, dimana perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah uang (uang pertanggungan) kepada ahli waris saya, dalam hal ini keluarga saya. Uang tersebut dapat digunakan untuk biaya sekolah anak-anak saya dll.
Apabila saya mengalami cacat tubuh dan tidak dapat bekerja lagi, saya juga akan mendapatkan uang pertanggungan dari perusahaan asuransi untuk bekal hidup saya.
Itu adalah 2 contoh paling umum dari asuransi jiwa. Apabila diperluas lagi, sesuai produk masing-masing perusahaan asuransi, masih banyak lagi manfaat-manfaat dari asuransi jiwa, diantaranya:

Ketika saya terdiagnosa terkena penyakit kritis, perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah uang untuk biaya pengobatan saya. Jenis penyakit kritis berbeda untuk setiap perusahaan asuransi, tapi yang umum itu seperti stroke, penyakit jantung dll.
Selain mendapatkan biaya pengobatan, saya juga bisa dibebaskan dari premi, sehingga apabila saya harus bayar premi selama 10 tahun dan di tahun ke-2 saya terdiagnosa penyakit kritis, maka untuk 8 tahun selanjutnya saya tidak perlu lagi membayar premi dan malahan perusahaan asuransi yang balik membayarkan premi saya, sehingga tabungan saya di asuransi tersebut tetap berjalan.
Masuk rumah sakit? Biayanya diganti oleh perusahaan asuransi. Harap diingat bahwa jumlah uang yang diganti belum tentu 100%, tergantung dari produk asuransinya.
Nah, itu hanya sebagian kecil saja dari manfaat-manfaat asuransi yang bisa Anda dapatkan ketika Anda beli asuransi jiwa. Tapi manfaat-manfaat tersebut biasanya terdapat dalam produk-produk asuransi modern yang sudah dipaketkan. Apabila Anda membeli jenis asuransi jiwa tradisional, biasanya manfaat-manfaat yang Anda dapatkan hanya seperti pada contoh yang pertama di atas.

Asuransi jiwa masa kini biasanya sudah digabungkan dengan produk investasi. Jadi selain Anda mendapatkan manfaat-manfaat asuransi, Anda juga sekaligus menabung. Uang Anda yang dapat dicairkan itu disebut dengan nilai tunai. Jadi ketika Anda meninggal, ahli waris Anda akan mendapatkan uang pertanggungan plus nilai tunai polis asuransi Anda.

Contoh kasus lain dari manfaat asuransi:

Anda punya hutang yang besar, lalu Anda meninggal. Siapa yang harus melunasi hutang itu? Tentunya keluarga Anda yang akan ditagih kan? Nah, uang pertanggungan yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada keluarga Anda bisa digunakan untuk membayar hutang. Harap diingat ini adalah skenario yang sangat buruk! Bebaskan diri Anda dari hutang! Makanya mulai menabung sedini mungkin… Lebih baik Anda memberikan warisan berupa uang yang bisa dipakai untuk keperluan lain kan daripada dipakai untuk membayar hutang?
Anda punya karyawan yang sangat bagus kerjanya. Anda asuransikan karyawan Anda tersebut. Lalu karyawan Anda itu meninggal, maka Anda punya uang untuk menutupi kerugian perusahaan sambil mencari karyawan baru.

Tak Akan Pernah Sampai Tujuan Tanpa Langkah Pertama

Baru kali ini seluruh komponen industri asuransi di Indonesia bersatu, menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi.

Sebagai anggota East Asia Insurance Congress (EAIC), Indonesia yang pertama mencanangkan Insurance Day atau Hari Asuransi sesuai tanggal kelahiran EAIC, 18 Oktober tahun ini. Mulai tahun depan, inisiatif ini dilangsungkan serentak di 11 anggota EAIC, yakni di Bandar Sri Begawan, Bangkok, Hongkong, Jakarta, Kuala Lumpur, Makau, Manila, Seoul, Singapura, Taipei, dan Tokyo.

Tahun ini Direktur Pemasaran dan Komunikasi Perusahaan Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo dipercaya menjadi komandan lapangan pertama alias ketua panitia penyelenggara di Indonesia. Nini, demikian panggilannya, menjelaskan beberapa hal menyangkut Insurance Day kepada Kompas, Senin lalu, di tengah kesibukannya menyiapkan acara kick-off.

Seberapa penting acara ini, sampai begitu tegang?

Acara ini sangat penting bagi kami komunitas asuransi. Meskipun komponen-komponen asuransi sering melakukan kegiatan semacam ini, sendiri-sendiri sebagai perusahaan maupun sendiri-sendiri sebagai asosiasi, tetapi baru pertama kali ini semua komponen industri bersama regulator bekerja sama untuk suatu acara yang skalanya lebih besar.

Intinya apa yang hendak dilakukan?

Yaitu kick-off dimulainya kampanye kesadaran berasuransi dan meningkatkan profesionalitas pelayanan asuransi. Kebetulan bulan puasa, kita buka puasa bersama dengan siraman rohani oleh Aa Gym.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mencanangkan Insurance Day Indonesia. Intinya kebersamaan untuk memulai sesuatu, sebab kami sadar tanpa kebersamaan sulit mencapai hasil yang baik. Dan tanpa langkah pertama, kita takkan pernah sampai pada tujuan. Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia berharap langkah pertama ini dapat memberi kontribusi kepada masyarakat.

Asuransi sudah lama hadir. Mengapa baru melakukan kampanye kesadaran berasuransi?

Asuransi memang sudah lama hadir. Tetapi, hasil riset menunjukkan, pemahaman masyarakat tentang asuransi dan manfaatnya masih sangat rendah. Pada saat bersamaan, citra asuransi juga kurang bagus. Itu semua karena ketidaktahuan masyarakat. Contoh level penetrasi pasar untuk asuransi individual sampai sekarang masih kurang dari lima juta orang dibandingkan 220 juta penduduk Indonesia. Peserta asuransi kelompok, mungkin baru sekitar 30 juta polis. Itu masih sangat kecil.

Jaminan sosial itu sebenarnya tanggung jawab pemerintah. Tetapi, dalam kondisi saat ini, kemampuan pemerintah memikul tanggung jawab itu juga sangat terbatas. Memang ada Jamsostek misalnya, tetapi mungkin peserta saat pensiun, dana yang mereka peroleh tidak terlalu besar dan rasanya belum cukup kalau dilihat perkembangan kondisi sekarang. Juga ada asuransi kesehatan, tetapi nilai klaimnya tidak terlalu besar, sedangkan nilai yang mereka harus tanggung kalau sakit mungkin jauh lebih besar.

Oleh karena itu, asuransi individu menjadi sangat penting dalam menyediakan perlindungan bagi dirinya dan aset-asetnya. Jadi, langkah awal ini, bagaimana menggugah kesadaran ini dulu. Memang perlu sosialisasi yang berkesinambungan dan pasti butuh waktu lama.

Setelah kick-off, tentu ada tindak lanjut...!

Tahun depan kami mulai edukasi publik, masuk sekolah, kampus untuk memperkenalkan asuransi sejak dini. Di luar negeri, asuransi diperkenalkan sejak awal, sudah masuk kurikulum sekolah. Kami juga ingin memperkenalkan asuransi sebagai suatu lapangan kerja, sumber mata pencarian.

Agen asuransi, misalnya, saat ini baru ada sekitar 120.000 orang di seluruh Indonesia. Kalau agen baru segitu, padahal mereka ujung tombak asuransi, bagaimana mau mendidik masyarakat yang 220 juta orang.

Tujuan jangka panjang?

Dengan semakin membaiknya tingkat kesadaran masyarakat, lantas bagaimana perencanaan keuangan mereka dapat terjaga baik, mencapai kemakmuran.

Asuransi sering disebut pilar ekonomi suatu bangsa?

Di Indonesia belum bisa dibilang seperti itu. Di negara yang sudah berkembang, peran asuransi memang sangat besar. Kontribusi asuransi di Indonesia, misalnya, baru sekitar 1,66 persen dari PDB. Di Malaysia sekitar 5,4 persen, di Singapura sudah mencapai 7,5 persen PDB-nya. Nah, tantangan asuransi menghimpun dana jangka panjang yang bisa digunakan untuk membiayai pula proyek-proyek pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur untuk publik, sarana kesehatan seperti pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan sebagainya. Memang masyarakat harus sadar asuransi dulu.

Tadi disebutkan citra asuransi kurang bagus....

Citra itu kurang bagus karena masyarakat tidak tahu benar. Jadi asuransi harus dikenal dulu. Momentum ini akan kami (industri asuransi) gunakan untuk membuka diri supaya lebih transparan, lebih dikenal. Masyarakat butuh informasi asuransi, tetapi tidak tahu mereka harus ke mana. Jadi ada good will industri asuransi untuk memberi penjelasan, pendidikan, dan mencoba menyelesaikan kalau ada problem asuransi yang dihadapi masyarakat. Kami, seluruh komponen industri asuransi bersama pemerintah, sepakat untuk memberikan pelayanan lebih baik supaya citra asuransi itu bisa terangkat.

Apa yang diharapkan dari pemerintah?

Pemerintah juga sadar banyak kekurangan, karena itu mereka mau ikut bersama-sama kami.

Yang diharapkan, pemerintah lebih fokus dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai regulator dan pengawas untuk mendukung tumbuhnya industri, memfasilitasi kepentingan nasabah dan industri.

Di sisi lain, kami pun siap mendukung pemerintah dalam keterbatasannya, di tengah banyaknya terjadi musibah yang menyusahkan masyarakat (KCM)

Antara Klaim dan Perbedaan Persepsi

Bencana bertubi-tubi yang melanda Indonesia, termasuk luapan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur, belum meningkatkan minat masyarakat di sana untuk melindungi diri dengan asuransi.

Citra (35), warga Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang rumahnya merupakan korban pertama terkena lumpur, mengungkapkan, ia tidak pernah berpikir rumahnya akan hancur diterjang luapan lumpur panas, apalagi melindunginya dengan program asuransi.

Bahkan, rumah barunya yang dibeli secara tunai di daerah Sidokare, sekitar 15 kilometer dari lokasi semburan lumpur panas, pun tidak diasuransikan. "Buat apa membuang uang untuk bayar premi asuransi, toh perusahaan asuransi tidak mau rugi. Kalau sudah kena bencana, ya, sudah apa mau dikata, itu kehendak Yang Kuasa," katanya.

Hal senada dikemukakan Sujopo (50), warga Desa Siring yang sejak bulan Juli lalu, mengungsi ke desa lain yang lebih aman. Meski tahu soal asuransi, pensiunan polisi tersebut tidak melihat pentingnya asuransi.

Lain lagi dengan Ny Agus Arifin (51), warga Desa Pejarakan, Kecamatan Jabon. Ia mengaku tidak tahu apa itu asuransi. Karena itu, rumahnya yang berlantai dua dan berjarak kurang dari 50 meter dari tanggul lumpur tidak diasuransikannya. Demikian pula Yusuf, pemilik toko keramik di Desa Jatirejo. Ia belum mengasuransikan toko dan tanahnya yang kini jaraknya tinggal 40 meter dari tanggul lumpur. "Saya tidak kepikiran soal asuransi," katanya.

Hal itu sesuai pernyataan Ketua II Asosiasi Asuransi Jiwa Surabaya-Jatim Yullizar. Menurut dia, bencana alam, termasuk luapan lumpur panas di Sidoarjo, tidak memengaruhi animo masyarakat terhadap produk perlindungan yang ditawarkan asuransi jiwa. Bahkan, permintaan masyarakat cenderung turun akibat kondisi perekonomian secara umum yang lesu pascakenaikan harga bahan bakar minyak tahun lalu. Padahal, banyak produk asuransi jiwa yang preminya ditawarkan di bawah Rp 100.000 per bulan.

"Boro-boro mikir asuransi, cari uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja susah," kata Yullizar, menirukan ucapan masyarakat.

Bergeser

Jika asuransi jiwa belum terpengaruh, tidak demikian dengan asuransi kerugian. Rudy Bachtiar dari PT MAA General Insurance, mengatakan, ada pergeseran persepsi masyarakat. Mereka kini mulai berpikir tentang asuransi. Namun, jumlahnya belum signifikan. Hal itu tercermin dari belum meningkatnya jumlah peminat produk asuransi kerugian untuk rumah maupun mobil. Sejauh ini jumlah pemegang polis asuransi tetap, hanya program perlindungannya diperluas. Jika sebelumnya hanya konvensional, saat ini banyak yang minta tambahan program bencana alam terutama untuk industri atau perusahaan.

Menurut Ketua Asosiasi Broker Asuransi dan Reasuransi Indonesia, Jatim, Baidi Montana, permintaan polis naik, terutama untuk produk perlindungan terhadap bencana alam dari perusahaan yang berlokasi di sekitar Porong, Sidoarjo. Namun, tidak semua permintaan bisa dipenuhi. Umumnya perusahaan asuransi di Jatim menolak karena risikonya terlalu besar.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Cabang Surabaya, Jawa Timur, Agung Prihandoko, mengatakan, bagi perusahaan yang sebelumnya sudah mendaftar dalam program perlindungan all risk rata-rata tidak ada masalah. Namun, bagi perusahaan yang belum mendaftar dalam program all risk, permintaan perluasan cakupan perlindungan dengan program bencana alam tidak bisa dilayani.

Persoalan lain yang muncul dalam kasus bencana lumpur panas di Sidoarjo adalah sulitnya proses pencairan klaim karena perbedaan persepsi. Sebelum pemerintah menyatakan bahwa semburan lumpur tersebut termasuk bencana alam, klaim asuransi untuk program bencana alam tidak bisa dicairkan.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya asuransi masih rendah, termasuk mereka yang menjadi korban. Ketua Umum Real Estate Indonesia Komisariat Sidoarjo, Sony Wibisono, mengaku belum ada pembeli rumah yang menanyakan atau meminta perlindungan asuransi yang dilengkapi produk untuk bencana alam.

Rata-rata proteksi asuransi yang ditawarkan pengembang hanya untuk kebakaran dan jiwa. Belum ada permintaan perluasan cakupan proteksi ke arah asuransi bencana alam banjir maupun gempa bumi. Mungkin ke depannya baru akan dipikirkan, tetapi itu pun tergantung pembeli sebab beban pembayaran preminya dimasukkan dalam penawaran harga jual. (KCM)